Kenali risiko pengusaha dalam berbisnis

Risiko pengusaha dalam berbisnis
Risiko pengusaha dalam berbisnis

Kenali risiko pengusaha dalam berbisnis agar bisa fokus dan berkembang. Pengusaha atau wirausahawan identik dengan bagaimana cara mengelola risiko bisnis. Aneka kendala dan hambatan yang akan dialami dalam mengelola usaha bisnis.

Berikut adalah sharing pengalaman penulis ketika alih profesi menjadi wirausaha. Sebelum menjadi wirausaha, penulis telah menjalani profesi karyawan selama lebih dari dua puluh lima tahun.

Sharing penulis dimulai pada tahun 2002. Ketika itu penulis mengajukan resign atau mengundurkan diri dari status karyawan. Kemudian penulis nekad mengambil keputusan dan memilih menjadi wirausahawan. Keputusan yang dibuat tanpa ada persetujuan yang tulus dari isteri dan anak-anak. Persetujuan yang diperoleh dari isteri bersifat terpaksa, karena tidak mempunyai alternatif pilihan lain.

Dampak dari keputusan nekad tersebut telah membuat kehidupan ekonomi rumah tangga cukup karut marut. Sehingga dalam proses perjalanan bisnis menjadi seorang wirausahawan terasa berat. Perjuangan berat laksana menegakkan benang basah, nyaris mustahil.

Proses awal berbisnis menjadi wirausahawan ditandai dengan beberapa risiko bisnis yang dialami. Risiko bisnis berupa ujian cobaan hidup yang nyaris membuat putus asa. Tidak heran apabila penulis berniat ingin menjadi karyawan lagi. Ujian-ujian kehidupan dan menguji mental tersebut antara lain :

Risiko pengusaha berupa ujian mental.

Ujian pertama : bisnis yang sudah eksis dan dirancang sebagai media penghasilan rumah tangga pasca resign, justru ditutup alias bangkrut karena mis-management. Peristiwa penutupan usaha ini terjadi 8 bulan setelah resign dari karyawan. Dan sedihnya, pada saat terpuruk tersebut orang-orang terdekat yang saya cintai justru menyalahkan, mengapa saya alih profesi sebagai wirausaha di saat profesi sebagai karyawan sedang di puncak.

Ujian kedua : nyaris setiap hari konflik dengan istri dan anak-anak akibat life style yang saya putuskan down grade untuk kualitasnya, yakni agar keuangan rumah tangga dapat dikendalikan dan tidak mengganggu likuiditas bisnis yang tengah dirintis.

Ujian ketiga : merasakan sakitnya proses detoksifikasi psikis. Dari suasana comfort zone karyawan selama sekian tahun, berubah menuju wild jungle zone wirausaha. Gengsi dan seabreg simbol comfort zone dihajar habis dengan realitas dunia bisnis yang tak kenal ampun.

Ujian keempat : melawan diri sendiri yang ingin meraih kesuksesan secara instan, padahal bisnis masih pada tahap start up. Setiap hari merasa pusing dan mual, karena sudah bekerja pontang panting, namun nyaris tidak ada hasilnya. Dan rasanya bisnis jalan di tempat tidak ada kemajuan berarti. Penulis nyaris putus asa menghadapi ujian ini.
Pada fase ini, godaan untuk kembali menjadi karyawan dengan comfort zone-nya selalu menari-nari di depan mata.

Last but not least, penulis tidak menyesal dan malah bangga telah menjadi pengusaha. Penulis berhasil mengajari isteri dan anak-anak tentang spirit wirausaha, yakni : tanggung jawab, integritas, komitmen, serta mandiri. Bahkan anak sulung sudah mempunyai bisnisnya sendiri, yaitu toko baju anak Stok Jogja. Anda bisa melihat koleksi baju anak Stok Jogja di Instagram dan Facebook.