Pindah kuadran dari karyawan jadi wirausahawan

Pindah kuadran.

Sharing pindah kuadran
Sharing pindah kuadran

Pindah kuadran dari karyawan menjadi wirausahawan. Semoga artikel ini menginspirasi anda yang ingin pindah kuadran.

Salah satu faktor penting dalam proses melakoni kehidupan adalah : waktu. Sesuatu yang tidak tergantikan. Apa yang terjadi saat ini merupakan hasil dari keputusan yang diambil waktu lalu. Hasilnya ada yang sesuai dengan yang diharapkan.

Ada juga yang meleset dari harapan, karena kurang tepat waktu dan tidak cermat ketika mengambil keputusan.

Penulis berusia 45 tahun ketika mengambil keputusan resign sebagai karyawan. Usia yang cukup tua untuk memulai profesi sebagai wirausaha. Perlu digaris bawahi, bahwa profesi wirausaha memerlukan kerja keras dan cerdas.

Hambatan yang mungkin timbul saat akan pindah kuadran.

Penulis terlambat minimal 5 tahun ketika mengambil keputusan penting tersebut. Terlambat karena takut mengambil risiko. Yaitu takut menjadi tidak aman dan nyaman.
Pada waktu itu ketakutan dikemas dengan dalih ingin mengumpulkan modal dahulu. Modal sebagai bekal mendirikan usaha. Pastinya agar aman dan nyaman dalam mengelola bisnis. Ketakutan sesungguhnya adalah, takut hidup susah lagi setelah sekian lama hidup dalam kemapanan (comfort zone) sebagai karyawan.

Adalah ketakutan yang berlebihan dan sebenarnya tidak perlu dikedepankan, seandainya penulis mampu untuk melihat sisi lain dari risiko bisnis. Yakni sisi kemungkinan menjadi sukses dan berkelimpahan sebagai wirausahawan. Sebagaimana pakem kehidupan yang berlaku, selalu ada dua sisi yang bertentangan. Dua sisi berbeda yang kendalinya justru berada di pikiran kita sendiri.

Poin penting sharing pindah kuadran adalah keberanian mengambil keputusan. Ketika merancang masa depan dan harus mengambil suatu keputusan penting, pikiran kita sering didominasi rasa takut gagal. Sehingga kita jarang yang mengoptimalkan emosi dan energi positif.

Memang, dampak pengambilan keputusan sering kali membuat frustasi, merasa terpuruk dan tidak nyaman di hati. Namun ketika terpuruk kemudian kita berhasil bangkit lagi dengan semangat baru, bersiaplah untuk menyambut impian yang mulai menjadi kenyataan.

Namun ada kabar baiknya, justru dengan kita berani dan bisa mengambil keputusan penting, maka meskipun dirasa terlambat, hal inilah yang bakal membuat kita cerdas dalam menjalani proses kehidupan di aneka bidang. Di situ ada faktor terpojok alias kepepet serta rasa tanggung jawab kepada semua stake holders (pemangku kepentingan) usaha bisnis akan menampilka karakter yang ulet, kuat dan tangguh, penuh kreativitas dan selalu inovatif.

Ketika sudah mengundurkan diri atau resign sebagai karyawan, berarti tanda dimulainya pendidikan “jalanan” yang riil. Yakni pendidikan nyata di universitas kehidupan. Pendidikan yang langsung praktek usaha bisnis, serta belajar mengelola risiko bisnis. Penulis menyadari, bahwa pendidikan dan prestasi akademis yang dimiliki kurang memadai. Untuk itu penulis mesti proaktif mengejar ketinggalan ilmu pengetahuan bisnis, menambah jam terbang dalam belajar. Dan pastinya bersedia serta rela menjalani proses membangun bisnis dengan konsisten berkelanjutan.

Penulis segera melahap buku-buku yang mengupas seluk beluk bisnis (marketing pemasaran, sistem dan management, keuangan dan cashflow, bidang SDM dan mengasah leadership). Tak ketinggalan belajar internet berikut teknologi informatika. Belajar dengan antusias perihal media sosial (Facebook, Instagram, Twitter). Penulis sepenuhnya sadar, bila ingin berkembang harus belajar banyak bidang dan belajar dengan cepat. Penulis menyadari, bahwa banyak aspek usaha bisnis yang tidak dipahami. Setelah belajar banyak, kemudian penulis menerapkan apa yang sudah dipelajari tersebut ke dalam usaha bisnis yang dikelola. Berita baiknya, pengalaman kerja penulis ketika berstatus sebagai karyawan sering menginspirasi saat berproses membangun bisnis. Penulis belajar menciptakan budaya perusahaan, membuat sistem management pelaporan, menetapkan standar pengelolaan SDM dan lain-lain.

Penulis bukanlah anak pengusaha. Profesi kedua orang tua adalah guru PNS. Sehingga penulis hanya mengandalkan proses belajar di universitas kehidupan riil. Dan menerapkannya ke dalam bisnis secara terus menerus. Proses belajar merupakan kebiasaan penting dalam mengelola bisnis. Oleh karena itu penulis akan selalu konsisten belajar di sekolah wirausaha, di sepanjang sisa hidup penulis.

Di saat jenuh ataupun ketika mulai merasakan kenyamanan sebagai wirausahawan, penulis hanya rehat sejenak untuk masuk pit stop (baca: piknik). Kemudian masuk lintasan jalur cepat lagi. Mulai proses belajar lagi dengan menerapkan strategi baru. Dan mengembangkan bisnis dengan strategi yang didapat selama pit stop.

Benang merah menjadi wirausahawan adalah : tidak ada hari kelulusan ataupun wisuda di sekolah wirausaha.

Stok Jogja

Admin StokJogja

One thought on “Pindah kuadran dari karyawan jadi wirausahawan

  1. Milla says:

    Sharing pengalaman yg sangat menarik. Ini yg saya butuhkan saat ini. Mental dan tekat keluar zona nyaman, pindah kuadran dan siap belajar di universitas kehidupan yang riil. Terima kasih, sangat bermanfaat utk saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *